Jumat, 17 Juni 2011

ASUHAN KEPARAWATAN PADA PASIEN GOUT ATRITIS ( ASAM URAT)

SISTEM IMUNOLOGI
1.      Anatomi Fisiologi Rangka
Muskulo skeletal berasal dari kata muscle (o to t) dan skeletal (tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnyaotot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan po sisi
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang ± tulang (sekitar 206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang ko ko h. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago . Rangka digo longkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.
Rangka aksial, melindungio rgan-o rgan pada kepala, leher, dan torso .
Kolumna vertebra
Tengkorak
Ø Tulang cranial : menutupi dan melindungio tak dan organ-organ panca indera.
Ø Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.
Ø Tulang audito ri : terlihat dalam transmisi suara.
Ø Tulang hyo id : yang menjaga lidah dan laring.
Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral
serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
a.       Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen,otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
b.      Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatano to t rangka saat bergerak, adanya persendian.
c.       Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
d.      Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
e.       Tempat penyimpanan mineral (kalium danf o sf at) dan lipid (yellow marrow).
f.       Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi4 , yaitu :
g.      Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas
h.      Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
i.        Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengko rak yang terdiri dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
j.        Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Struktur Tulang Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang, tulangberbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendo n misalnya tulang patella (tulang sessamo id). Semua tulang memiliki spo nge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk silinder. Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikro sko pis, pembuluh ini menyuplai ko rteks,morrow, dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di co ntro loleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri. Pertumbuhan dan Metabo lisme Tulang Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia3 5 tahun. Tahun ±tahun berikutnya rebso rbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan dan metabo lisme tulang di pengaruhio leh mineral dan ho rmo ne sebagai berikut :
Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor.Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat maka kadarf o sfo r akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah, calsito nin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
Calsitonin di pro duksio leh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas no rmal. Menghambat reabso rbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.
Vit. D. diproduksioleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium danf osfor dari usus halus, juga memberi kesempatan untuk aktif asi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di pro leh dari radiasi sinar ultravio let matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam ko mbinasi denagan kalsium dan fosfor  vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk vitamin D2 dan D3 . Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (ko lekalsif ero l), yang dihasilkan oleh akifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari.D3 pada kulit atau makanan diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa ± globulin sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidro ksikolekalsifero n atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor,1,25 dihydro xycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitrio l yang di pro duksi diaturo leh ho rmo ne parathyro id (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitrio l meningkat dalam PTH atau pengurangan kadarf o sf at dalam cairan darah. Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kal siumo leh usus secarao ptimal dan bekerja dalam ko mbinasi dengaPTH untuk membantu pengaturan kalsium darah.
Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormon neparathyro id akan meningkat aktif asio steo clct dalam menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya ho rmo ne ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memf asilitasi abso rbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
Growth hormonebertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
Glukokortikoid mengatur metabo lism pro tein. Ketika diperlukan ho rmo ne ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau meningkatkan matrikso rganic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi abso rbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil.
Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitasosteobalstik dan menghambat ho rmo ne paratiro id. Ketika kadar estro gen menurun seperti pada masa meno pause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurutfungsi persendia (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian)
Klasifikasi struktural persendian :
Ø  Persendianfibrosa
Ø  Persendian kartilago
Ø  Persendian synovial.
Klasifikasif ungsio nal persendian :
Ø  Sendi Sinartro sis atau Sendi Mati
Secara structural, persendian ini dibungkus dengan jaringan ikatfibro sa atau kartilago.
a.  Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respo n terhadap to rsi dan ko mpresi.
b.    Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut  juga sendi sino vial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sino vial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sino vial dilapisi kartilago artikular.
Klasifikasi persendian sinovial :
Sendi sf eno idal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.
Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Co nto h : persendian pada lutut dan siku.
Sendi kisar : memungkinkan terjadinya ro tasi di sekitar aksis sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala pro x imal tulang radius dan ulna.
Persendian ko ndilo id : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan setiap ulang. Co nto h : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
Sendi pelana : Co nto h : ibu jari.
Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang lainnya. Co nto h : persendian intervertebra.

2. Anato mi Fisio logi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia
menjadi kerja mekanik sebagai respo n tubuh terhadap perubahan lingkungannya.
Jaringano to t, yang mencapai4 0% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel - sel ko ntraktil yang serabuto to t. Melalui ko ntraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan
Fungsi sistem Muskular
Ø Pergerakan
Ø Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Ø Produksi panas.
Ciri-ciri otot
Ø Kontraktilitas
Ø Eksitabilitas
Ø Ekstensibilitas
Ø Elastisitas.
Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang
(lurik), dan secarafungsio nal berdasarkan kendali ko nstruksinya,volunteer (sadar)
atau invo lunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang
hanya ditemukan di jantung.
Jenis-jenis Otot
a.    Otot rangka adalah oto  lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
b.    Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dindingo rgan bero ngga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,repro duksi, urinarius,dan sistem sirkulasi darah.
c.    Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung

GOUT ARTHRITIS
1.      PENGERTIAN
Gout adalah penyakit metebo lik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagia atas,pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan hetero genous yang berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001 ;1 8 1 0).
Artritis pirai (go ut) merupakan suatu sindro m klinik sebagai depo sit kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut. (http://denfirman.blo gspo t.co m/2009/09/nepro litiasis.html).
Jadi, Gout atau sering disebut ³asam urat´ adalah suatu penyakit metabo lik dimana tubuh tidak dapat mengo ntro l asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi. (Kesimpulan Kelo mpok 4)
2.      ETIOLOGI
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
Pembentukan asam urat yang berlebih.
Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukemia.
3.      KLASIFIKASI
Tahap Asimtomatik
Kadar asam urat darah meningkat
tapi tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya encok menyebabkan tekanan darah tinggi
atau sakit punggung sakit berat.
 Tahap Akut
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak.
Umumnya serangan pertama kali terjadi pada tengah malam
atau menjelang pagi. Serangan itu berupa rasa nyeri yang hebat pada pangkal ibu
jari kaki. Rasa nyeri ini timbul secara mendadak dan didahului oleh keluhan
lain. Rasa nyeri ini begitu hebat sehingga bila bagian yang sakit bila
tersentuh bahkan selimut yang lebmbut pun akan terasa sakit. Rasa nyeri
tersebut mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh
spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu dua minggu.
Tahap Interkritikal
Penderita
dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas seperti olahraga tanopa rasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan bererti penyakit itu sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada serangan kedua.
Tahap Kronik
Terjadi
bila penyakit diabaiakan sehingga menjadi akut.

http://okberto.multiply.com/journal/item/194/asam_urats

4.      PATOFISIOLOGI

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
ü  Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
ü  Menurunnya ekskresi asam urat.
ü  Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.

Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
 Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout.  Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.

5.      GEJALA DAN TANDA-TANDA
Serangan terjadi secara tiba-tiba, terutama setelah mengonsumsi makanan yang mengandung purin.
Sendi yang terserang terasa nyeri, bengkak, mengilat, berwarna kemerahan, dan panasjika disentuh.
Demam, dingin, lemas, dan jantung berdebar.
Pada gout kronis, timbul benjolan (tofus). Biasanya, terdapat pada daun telinga, ujung siku, lutut, serta punggung tangan dan kaki.

6.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
Menemukan peningkatan konsentrasi asam urat serum. Obat golongan salisilat bersifat uricosuric. Mereka menurunkan level serum dan harus dihindari saat pengambilan sampel darah. Level normal adalah kurang dari 5 mg/dl. Artritis non-gout tidak berespon terhadap kolkisin. Maka pemberian kolkisin dapat menjadi tes terapeutik. Tofus dapat dibiopsi dan diperiksa kristal asam uratnya. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 - 10.000/mm3.
Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian.
Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
Pemeriksaan mikroskopik cairan sendi
Satu mililiter cairan sinovial dimasukkan ke dalam tube dengan setetes heparin (dari 60 mg heparin dalam 2 ml air distilasi) dan disentrifugasi. Sedimen ini dilarutkan dengan alkohol absolut dengan cepat karena kristal asam urat larut dalam air. Lalu periksa sedimentasi dengan polarizing microscope.
Tes Murexide
Beberapa tetes asam nitrat ditambahkan ke dalam substansi yang akan diperiksa. Campuran ini dikeringkan dengan penguapan, lalu lembabkan dengan amonium hidroksida. Jika ada asam urat, hasilnya berwarna ungu (Murexide). Dengan cara ini, material dari tofus atau cairan sendi dapat diperiksa secara kimia.

7.      KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
Deformitas pada persendian yang terserang
Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal

8.      PENATALAKSANAAN
Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.
Ø  Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
Ø  Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
Ø  Kompres dingin
Ø  Diet rendah purin
Ø  Terapi farmakologi (Analgesic  dan antipiretik)
Ø  Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
Ø  Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
Ø  Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan.
Ø  Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
Ø  Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.


9.      PENCEGAHAN
Ø Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
Ø Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
Ø Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
Ø Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
Ø Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
Ø Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
Ø Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

10.  ASPEK LEGAL DAN ETIK
Berorentasi pada akibat (relativisme), menekankan akibat atau hasil dari tindakan kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan.
Prinsipnya adalah melakukan yang terbaik bagi pasien dan dalam keadaan tertentu.
Kode etik keperawatan Indonesia
 Pasal 1
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
 Pasal 3
Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
Pasal 10
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Prinsip moral dalam menyelesaikan masalah etik adalah sebagai berikut :
A.    Beneficence (berbuat baik)
Sebagai  seorang perawat kita mempunyai kewajiban untuk menganalisa dan melakukan tindakan keperawatan dengan baik, yaitu dengan melaksanakan tindakan keperawatan yang menguntungkan pasien dan keluarganya.
B.       Kejujuran (veracity)
Sebagai perawat dalam memberi pelayanan kesehatan harus menyampaikan kebenaran untuk meyakinkan klien atau keluarga sudah benar-benar mengerti dan memahami penyakit yang diderita pasien itu sendiri.
C.     Otonomi (penentu pilihan)
Pada kasus ini perawat harus bisa menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Namun perawat juga harus bisa menjelaskan dampak-dampak yang akan terjadi bila tidak dilakukan tindakan.

11.  ADVOKASI PADA KLIEN:
Memberikan gambaran kepada klien mengenai penyakitnya serta meminta dokter menjelaskan bagaimana prosedur pembedahan dan keparahan penyakit, karena pasien sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.


12.  JURNAL PENELITIAN
Edisi No 07 Vol XXXVI - 2010 - Artikel Penelitian
Faktor Risiko Kejadian Arthritis Gout pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar
BURAERAH. H. ABD. HAKIM, TAHIR ABDULLAH, MAUPE.
Konsentrasi Epidemiologi Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Abstract
Arthritis Gout patients in Indonesia suffered in early age. It is about 32% gout attack on 34 years old man. Arthritis gout implications are arthritis and vascular complication. This research purpose is to explore risk factors of Arthritis gout among outpatient of Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar. The Study was analytic observasional using a case control study. Sampel of the study were gout arthritis patients based on medical diagnosis, the controls were patient visiting the internal policlinic who did not suffer from atrhritis gout.
Composition of cases and control is 1:2, the number of cases was 50 people and the number of control was 100 people. Data was analysed by using Odds Ratio (OR) and multivariate logistic regression. Data was analyzed using Odds Ratio (OR) and logistic regression. The results of the study shows that the risk factor of Arthritis Gout are sex (OR=4.04,Cl 95%; 1.77-9.19), family history of Arthritis Gout (OR=3,72,Cl 95%; 1,81-7.65), Obesity (OR=2.60, Cl 95%; 12.13-4.69), meat consumption habit (OR=5.25, Cl 95%; 2.52-10.92). The high risk factors of Arthritis Gout cases are meat consumption habit. In order to prevent Arthritis Gout attack, this research recommended to modified life style with arrange eat pattern, to avoid food with high purin such as meat and guts. Keep weight with good diet and regular exercise. It is also controlling hypertension with therapy and asses regular blood cholesterol.

Keywords: sarthritis gout, obesity, hypertension, meat.
Abstrak
Di Indonesia, arthritis gout diderita pada usia lebih awal di mana 32% serangan gout terjadi pada pria usia di bawah 34 tahun. Arthritis gout akan menimbulkan cacat sendi dan komplikasi penyakit vaskular. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian arthritis gout pada pasien rawat jalan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan case control study. Sampel adalah pasien arthritis gout berdasarkan diagnosis dokter. Kontrol adalah pasien pengunjung poli penyakit dalam yang tidak menderita arthritis gout. Perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:2, jumlah kasus 50 orang dan kontrol 100 orang. Data dianalisis dengan uji Odds Ratio (OR) dan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko arthritis gout adalah jenis kelamin (OR=4,04, CI 95%; 1,77-9,19), riwayat gout dalam keluarga (OR=3,72, CI 95%; 1,81-7,65), obesitas (OR=2,60, CI 95%; 1,27-5,30), hipertensi (OR=2,30, CI 95%; 12,13-4,69), kebiasaan makan daging (OR= 5,25, CI 95%; 2,52-10,92). Faktor yang paling besar risikonya terhadap kejadian arthritis gout adalah kebiasaan makan daging. Untuk mencegah serangan arthritis gout dianjurkan untuk modifikasi gaya hidup dengan mengatur pola makan dengan menghindari makanan yang mengandung purin tinggi seperti daging atau jeroan seperti coto, menjaga berat badan tubuh dengan diet dan olah raga teratur, serta mengendalikan hipertensi dengan terapi yang disertai pengukuran kadar asam urat darah secara berkala

Kata kunci: arthritis gout, obesitas, hipertensi, daging.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARTHRITIS GOUT

A.  Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui anamnesis riwayat penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
1.      Anamnesis
a.       Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada wanita ), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli – artikular. Gout biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
Ø  Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah gangguan metabolism puroin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang.
Ø  Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.
Ø  Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki.
Ø  Severity (Scale) of pain: Nyeri yangdirasakan antara 1-3 pada rentang pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
Ø  Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.

b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, alopurinol.
c.       Riwayat Penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.
d.      Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic. Ada produksi/ sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.

e.       Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Respons didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit dan peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon trhadap konsep diri yang maladaptif.

2.      Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan setempat.
a. B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
b.      B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
c.       B3(Brain)
Ø  Kepala dan wajah
:
Ada sianosis.
Ø  Mata
:
Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis
pada kasus efusi pleura hemoragi kronis.
Ø  Leher
:
Biasanya JVP dalam batas normal.
d.      B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada system ini.
e.       B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien yang memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.
f.       B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
Ø Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan  dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan  nyeri yang lebih dibandingkan dengan  gerakan yang lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan membesar.
Ø Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
Ø Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat. Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

B.     Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
2.    Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
3.    Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk  kaki dan terbenuknya tofus.
4.    Perubahan pola tidur b.d  nyeri.


C.     Rencana Dan Implementasi Keperawatan

Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan    : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil                :
Ø Klien melaporkan penelusuran nyeri.
Ø menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
Ø memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
Ø Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
v  Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.

v  Bantu klien dalam  mengidentifikasi factor pencetus.
v  Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfamakologi dan non – invasif.

v  Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri.

v  Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
v  Tingkatkan pengetahuaan  tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.

v  Hindarkan klien meminum alcohol, kafein, dan obat diuretik.


KOLABORASI
v  Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol

v  Nyeri merupakan respon subjektif yangbdapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera.
v  Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
v  Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan farmakologilain menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
v  Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
v  Mengalikan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.
v  pegetahuan tersebut membatu mengurangi nyeri dan dapat menbatumeningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
v  pemakaian alkohol, kafein, dan obat-obatan diuretik akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.

v  Alopurinol menghambat biosentesis asam urat sehingga menurunkan kadar asam urat serum.

Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan           : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil          :
Ø klien ikut dalam program latihan
Ø tidak mengalami kontraktur sendi
Ø kekuatan otot bertambah
Ø klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
v  Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan.
v  Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit.
v  Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.
v  Pantau kemajuan dan perkembangan kemamapuan klien dalam melakukan aktifitas

KOLABORASI
v Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

v  Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
v  Gerakan aktif memberi masa tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
v  Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampauan.
v  Untuk mendeteksi perkembangan klien.


v  Kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.


Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk  kaki dan terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan   : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil                       :
Ø Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan  orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
Ø mampu menyatakan penerimaan  diri terhadap situasi
Ø mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
§  Kaji perubhan perspsi dan hubungannya  dengan derajat kletidak mampuan.

§  Ingantkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.

§  Bantu dan ajurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.

§  Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.

§  Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.

§  Dukung prilaku atau usaha peningkata minat atau partisipasi dalam aktifitas rehabilitasi.
KOLABORASI
  • Kolaborasi denagn ahli neuropsikologi dan konseling bila da indikasi .

§  Menetukan bantuan individual dalm menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
§  Membantu klien melihat bahwa  peraat menerima kedua bagian dari seluruh tubuh dan mulai menerima situasi baru.

§  Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
§  Menghidupkan kembali perasaan mandiri dn membatu perkemabangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.
§  Dukungan perawat kepada klien dapat meningkat kan rasa percaya diri klien.
§  Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan memahami peran individu dimasa mendatang.

§  Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.


DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
·       Tentukan kebiasaan tidurnya dan perubahan saat tidur.
·       Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.



·       Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.


·       Gunakan pagar tempat  tidur sesuai indikasi ; rendahkan tempat tidur jika memungkinkan.

·       Kolaborasi dalam pemberian obat sedative, hipnotik sesuai dengan indikasi.
·      Mengkaji pola tidurnya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
·      Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
     Membantu menginduksi tidur
·      Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, memberikan kenyamanan pagar tempat untuk membantu mengubah posisi.

·      Tidur tanpa gangguan lebih menim- bulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak mampu untuk kembali ke tempat tidur bila terbangun.
·      Di berikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

D.      Intervensi Keperawatan
Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien gout adalah sebagai berikut :
1)   Nyeri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan.
2)   Meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas.
3)   Mengalami perbaikan citra diri.
4)   Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.

SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
-----------------------------------------------------------------


Tema                            : Diit rendah purin
Sub Tema                    : Diit pada penyakit HIV/AIDS
Waktu                         : 25 menit
Sasaran                         : Bp. T
Tempat                        : Ruang D RS.
Penyuluh                      : Perawat R


Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 25 menit diharapkan Bp. T dapat mengerti dan memahami bagaimana diit pada penyakit gout arthritis.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan Bp. T dapat :
Menjelaskan tentang pengertian Gout Arthritis
Menyebutkan tujuan diit penyakit Gout Arthritis
Menyebutkan syarat diit penyakit Gout Arthritis
Menyebutkan makanan yang harus dihindari dalan penyakit Gout Arthritis

Pokok Materi
Pengertian Penyakit Gout Arthritis
Tujuan diit penyakit Gout Arthritis
Syarat diit penyakit Gout Arthritis
Jenis makanan yang harus dihindari dalam diit Gout Arthritis
Metode
Ceramah
Tanya jawab

Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Penyuluhan
Audiance
Waktu
Pendahuluan dan Apresepsi
Salam Pembuka
Menyampaikan Tujuan Penyuluhan
Apresiasi
Menjawab Salam
Menyimak
Mendengarkan, Menjawab Pertanyaan
5 menit
Isi
Menyampaiakan garis besar materi tentang diit pada penyakit Gout Arthritis.
Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
Menjawab pertanyaan


Evaluasi
mendengarkan penuh perhataian


menanyakan hal-hal yang belum jelas
memperhataikan jawaban darai penceramah
menjawab pertanyaan
15 menit
Penutup
menyimpulkan
salam penutup
mendengarkan
menjawab salam
5 menit

Media :
1. Leaflet
2. Papan bolak-balik


Sumber/ referensi:
Sunita Almatsier. 2005. Penuntun Diet. Gramedia : Jakarta.
www.jakartalantern.com
Evaluasi
Formatif
Bp. T  mampu menjelaskan tentang diit pada penyakit Gout Arthritis.

Sumatif
Bp. T dapat menjelaskan tentang pengertian Penyakit Gout Arthritis
Bp. T dapat menyebutkan tujuan diit penyakit Gout Arthritis
Bp. T dapat menyebutkan syarat diit penyakit Gout Arthritis
Bp. T dapat menyebutkan makanan yang harus dihindari dalan penyakit Gout Arthritis
Yogyakarta, 11 Maret 2011
                                                                                     Penyuluh,

                                                                                   (                                                )
LAMPIRAN MATERI
A.    Pengertian Penyakit Gout Arthritis
Disebabkan oleh meningkatnya kadar asam urat darah yang telah
berlangsung bertahun-tahun. Jika kadar asam urat terus menerus tingg
i, bisa
mengakibatkan reumatik gout kronis dimana serangan akan terus menerus terjadi
dan tidak ada lagi masa bebas serangan. Reumatik gout akut juga bisa terjadi
karena fluktuasi atau naik turunnya kadar asam urat darah secara tiba-tiba. Dan
ini pulalah yang bisa menyebabkan lambatnya proses penyembuhan.
B.     Tujuan diit penyakit Gout Arthritis
  1. Memberitahu pasien untuk menurunkan berat badan jika obese dan melakukannya secara bertahap untuk mencegah peningkatan pelepasan purin.
  2.  Meningkatkan ekskresi asam urat sesuai yang diinginkan.
  3. Menambah asupan cairan untuk mencegah batu ginjal dari asam urat.
  4. Memperbaiki hyperlipidemia, jika ada.
  5. Mencegah komplikasi seperti penyakit ginjal, hipertensi, dan stroke.
  6. Memberikan semangat untuk perubahan gaya hidup, jika diperlukan (misal, penurunan berat badan, penurunan konsumsi alkohol, dsb

C.     Syarat diit penyakit Gout Arthritis
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:



Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk mengonsmsi bahan makanan golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk banyak minum air putih. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala peninggian asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat tanggap dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali menderita, biasanya gangguan asam urat akan terus berlanjut.

D.    Jenis makanan yang harus dihindari dalam diit Gout Arthritis
a.       Batasi Asupan Purin
Agar terhindar dari penyakit gout, salah satu caranya adalah menjaga kadar asam urat dalam darah di posisi normal, yaitu 5-7 mg%. Batasan tertinggi untuk pria adalah 6,5 mg% sedangkan untuk wanita 5,5 mg%. Di atas batas ini, biasanya akan terjadi pengkristalan.
Menurut ahli gizi FKUI, Dr. Luciana B Sutanto, MS.SpGK, dalam kondisi normal sebenarnya asam urat bisa dikeluarkan tubuh melalui ari seni dan keringat. Namun asam urat akan tergangu pengelurannya jika fungsi kerja ginjal tergangu atau tubuh sedang sakit diabetes, kelainan genetik (kelainan enzim), obesitas dan konsumsi makanan tinggi purin secara berlebihan.
Diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari. Namun bagi penderita gout, asupan purin harus dibatasi sekitar 100-150 mg purin per hari. Kita susah menghilangkan sama sekali asupan purin ke dalam tubuh karena hampir semua bahan pangan terutama sumber protein mengandung purin. Namun kita bisa mengontrol asupan purin dengan cara memilih bahan pangan yang rendah kandungan purinnya.
b.      Batasi dan Hindari
Bagi penderita asam urat, pola diet yang harus diikuti adalah memberikan kalori sesuai kebutuhan tubuh. Sedangkan karbohidrat sebaiknya dari kabohidrat komplek seperti nasi, singkong, ubi dan roti. Hindari karbohidrat sederhana seperti gula, sirup atau permen. Fruktosa dalam krbohidrat sederhana dapat meningkatkan kadar asam urat serum.
Penderita asam urat harus menjalani diet rendah protein karena protein dapat meningkatkan asam urat, terutama protein hewani. Protein diberikan 50-70 g per hari. Sedangkan sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang berasal dari susu, keju dan telur.
Lebih lanjut, Dr. Luciana juga menyarankan untuk membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang batas lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari.
Dr. Luciana juga menyarankan untuk banyak minum air putih, minimal 2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu mengeluarkan asam urat melalui urin. Sedangkan alkohol,tape dan brem harus dijauhi. Bahan pangan mengandung alkohol ini dapat meningkatkan asam laktat plasma, asam yang dapat menghambat pengeluaran asam urat dari dalam tubuh melalui urin.
Makanan untuk diet asam urat menjadi tiga jenis, yaitu bahan makanan yang tinggi purin, kandungan purin sedang dan rendah.
Tinggi Purin (150-1000 mg/100 g bahan pangan)
ikan teri, otak, jerohan, daging angsa, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alkohol, ragi dan makanan yang diawetkan
Sedang ( 50-100 mg/100 g bahan pangan)
Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50 g/hari. Ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng, daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang kol, buncis, kapri, tahu, tempe.
Rendah Purin (0-100 mg/100 g bahan pangan)
Nasi, roti, makaroni, mi, crackers, susu, keju, telur, sayuran dan buah buahan kecuali durian dan alpukat. Teks & Foto: Budi Sutomo
Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin. Padahal walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat berguna bagi tubuh, terutama bagi anak-anak pada usia pertumbuhan. Kolesterol penting bagi prekusor vitamin D, bahan pembentuk otak, jaringan saraf, hormon steroid, garam-garaman empendu dan membran sel.Orang yang kesehatannya baik hendaknya tidak makan berlebihan. Sedangkan bagi yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi purin dan memilih yang rendah purin.










Daftar pustaka :




5 komentar: