Senin, 04 Juli 2011

CVA HAEMORAGIC


                                              CVA HAEMORAGIC


I. PENGERTIAN

a. Stroke: suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan yang mendadak, nonkonfulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak non traumatic.

b. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002

c. Stroke hemoragic serebral adalah: hemoragi yang dapat terjadi diluar dura mater (hemoragi ekstra dural dan hemoragi epidural), dibawah dura mater dan diruang arachnoid atau didalam subtansi otak.

d. Stroke Hemoragi sub dural adalah: terjadinya robekan pada jembatan vena sehingga periode pembentukan hematoma labih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.

e. Stroke Hemoragi sub arachnoid adalah: hemoragi yang terjadi didalam ruang subarchnoid, terjadi akibat trauma atau hipertensi.

II. ANATOMI FISIOLOGI
a)      Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak tertutup oleh kranium, tulang-tulang penyusun kranium yang disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ-organ vital.
b)      Bagian-bagian otak
1. Cerebrum
Adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum. Setiap hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, dan oksipital. Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian kiri area broca yang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa. Lobus parietal terdapat sensori primer dari korteks, berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan dan perubahan suhu ringan. Lobus temporal mengandung area auditoris, tempat tujuan sensasi yang datang dari telinga. Berfungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap, penciuman dan proses memori. Lobus oksipital mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna, reflek visual.
2. Batang otak
            Batang otak terdiri atas otak tengah (mesencephalon), pons, medulla oblongata. Batang otak berfungsi sebagai pengaturan refleks untuk fungsi vital tubuh.
3. Cerebellum
            Cerebellum besarnya kira-kira seperempat dari cerebrum. Antara cerebellum dan cerebrum dibatasi oleh tentorium serebri. Fungsi utama cerebellum adalah koordinasi aktifitas muscular, control tonus otot, mempertahankan postur dan keseimbangan.
            (H. Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat)
(Wartonah dkk, 2007. Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan)


ANATOMI DAN FISIOLOGI


Gambar sistem persarafan terdiri dari: otak, medula spinalis dan saraf perifer.

III. ETIOLOGI
Ø  Penyebab dan faktor haemoragic:
1. Faktor resiko stroke
a. Usia : makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi, hal ini berkaitan
dengan elastisitas pembuluh darah.
b. Jenis kelamin: laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi.
c. Ras dan keturunan: stroke lebih sering ditemukan pada kulit putih.
d. hipertensi: Hipertensi menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah serebral
sehingga lama-kelamaan akan pecah menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi adalah stroke hemoragik


2. Penyebab stroke haemoragic
a. Trombosis                                                
b. Emboli
c. Hypoperfusi Subaracnoid
d. Perdarahan Intrakranial.
(KMB Gangguan Sistim Persarafan. 2007. Tarwoto, dkk)
IV. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis
 

     sterosis

                                                                              Okulasi vaskuler
Hipotensi trombosis







 

Aliran darah
Lambat








 


Poli sitemia                             Viskositas meningkat                           Turbulensi                         Aliran darah
Peny’sicklecell                                                                                                                                      kolateral


 

Antikoagulansia                                                                                    Eritrosit bergumpal          Hiperlipidemia
Eritrosit                                 
bergumpal                                             Anoksian
                                                                                                                     Setempat                        Hipertermia
                                                                                                                               
                                                                                                                                                           Anokisan
                                                                                                                                                            sistemik
                                                Hiperproteinemia                                     Endotil rusak
                                                Hemo konsentrasi
                                                                                                                  Hemoragi perivaskuler

Dehidrasi
Sistemik Cairan plasma
Hilang


 


Edema serebri
Komposisi pembuluh darah


 


Iskemia dari infak hemovagik

(sumber: Prof. Dr. Mahan Mardjono, prof Dr. Priguna Sidharta, 2003.
                Neurologi Klinis Dasar, halaman 288.

V.TANDA DAN GEJALA
            Manifestasi klinis stroke diri sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan,
ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral.
            Pada stroke akut gejala klinis meliputi :
1.      Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul scara mendadak.
2.      Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
3.      Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor dan koma)
4.      Afasia (kesulitan dalam bicara).
5.      Disatria (bicara cadel dan pelo)
6.      Gangguan penglihatan, diplopia
7.      Ataksia
8.      Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala.
(KMB Gangguan Sistim Persarafan. 2007, Tarwoto, dkk)
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang terkena.
  1. Pengaruh terhadap status mental
Ø  Tidak sadar : 30% – 40%
Ø   Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar
  1. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
Ø  Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
Ø  Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
Ø   Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)
  1. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
Ø  hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
Ø  inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena
  1. Daerah arteri serebri posterior
Ø  Nyeri spontan pada kepala
Ø  Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)
  1. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:
Ø  Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
Ø  Hemiplegia alternans atau tetraplegia
Ø  Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil)
(Harsono,1996, hal 67)

VI. KOMPLIKASI
-          Hipertensi atau hipotensi
-          Kejang
-          Peningkatan tekanan intracranial
-          Tonus otot abnormal
-          Trombosis vena
-          Malnutrisi
-          Aspirasi
-          Kelumpuhan total atau sebagaian
(KMB Gangguan Sistim Persarafan.2007, Tartowo, dkk)

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  1. CT Scan: Mengetahui area infrak, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak.
  2. Magnetic Resonance Imaging (MRI): Menunjukan daerah yang mengalami infrak, hemoragik, malformasi arteriovena.
  3. Elektro Encepalografi (EEG): Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
(KMB Gangguan Sistim Persarafan.2007, Tartowo, dkk)
  1. Sinar X-tengkorak: menggambarkan parubahan kelenjar pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna teradapat pada trombosis serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
  2. Angiografi cerebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri, ada tidaknya titik okulasi atau rupture
(Doenges, 2000: hal 292)

VIII. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan umum
Ø  Fase akut
                        - Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen.
                        - Monitor peningkatan tekanan intracranial
                        - Monitor jantung dan tanda-tanda vital
                        - Evaluasi status cairan dan elektrolit
- Control kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah resiko injuri.
- Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi
lambung dan pemberian makanan.
                        - Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan anti koagulan
- Monitor tanda-tanda neurology seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, refleks.
Ø  Fase rehabilitasi
                        - Pertahankan nutrisi yang adekuat
                        - Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendiri
                        - Pertahankan integritas kulit
                        - Pertahankan komunikasi yang efektif
b. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml.
c. Terapi obat-obatan
                        - Anti hipertensi, diuretic, antikonvulsan
(Wartonah dkk, 2007.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan)

IX. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia).
Tanda: gangguan tonus otot: hemiplegia dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan dan gangguan tingkat kesadaran.

b. Sirkulasi
Gejala: adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
Tanda: hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme atau malformasi vaskuler. Nadi frekuensi dapat bervariasi karena ketiakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung, obat-obatan.
c. Integritas ego
Gejala: perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Gejala: perubahan pada pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi abdomen, bising usus negatif.
e. Makanan atau cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual muntah selama fase kerena peningkatan TIK, kehilangan sensasi atau rasa kecap pada lidah, pipi dan tenggorokan, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda: kesulitan menelan atau gangguan pada refleks palatum pada faringeal, obesitas.
f. Neurosensori
Gejala: sinkope atau pusing, sakit kepala akan sangat berat adanya perdarahan intraserebral atau subarakhnoid. Kelemahan atau kesemutan, penglihatan menurun seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda atau gangguan yang lain.
Tanda: Status mental atau tingkat kesadaran: biasanya terjadi koma pada awal hemoragis: ketidak sadaran biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah trombosis yang bersifat alami. Pada wajah terjadi paralisis atau parese, afasia atau gangguan fungsi bahasa, ukuran atau reaksi pupil tidak sama, kejang biasanya karena adanya pencetus perdarahan.
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot atau afasia
h. Pernapasan
Gejala: ketidakmampuan menelan, timbulnya pernapasan sulit, suara napas terdengar sulit
Tanda: merokok



i. Keamanan
Tanda: masalah dengan penglihatan karena gangguan otorik atau sensorik, tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenal dengan baik. Gangguan dalam memutuskan, tidak sabar atau kurang kesadaran.
j. Interaksi sosial
Tanda: masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
(Doengoes E.Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3)

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah, oklusi, perdarahan, vasospasme serebral, edema serebral
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, paralisis.
3. Gangguan komunikasi verbal/non verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi, gangguan neuromuskuler, keleahan umum, kerusakan pada area wernick, , kerusakan pada area broca.
4. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori, transmisi, integrasi, stress psikologik.
5. Gangguan perawatan diri adalah berhubungan dengan deficit neuromuskuler, menurunya kekuatan otot dan daya tahan, kehilangan control otot, gangguan kognitif
6. Gangguan eliminasi urine: inkontinesia fungsional sehubungan dengan menurunnya sensasi, isfungsi kognitif, kerusakan komunikasi.
7. Gangguan eliminasi bowel: konstipasi, diare sehubungan dengan menurunnya control volunteer, kerusakan komunikasi, perubahan peristaltic, immobilisasi.
(Wartonah dkk, 2007.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan)


DAFTAR PUSTAKA

  1. Brunner & Suddart 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Jakarta: EGC
  2. Doenges, M.E; 2000; Rencana Asuhan Keperawatan; Jakarta: EGC
  3. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan peredaran darah otak. 2007
  4. H. Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat
  5. Wartonah dkk, 2007. Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar